Minggu, 10 Januari 2016

Upaya Pemberdayaan Perilaku Petani Padi Sawah Di Desa Lalodambu Kecamatan Mandonga Melalui Metode COMB



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Dalam pembangunan pertanian harus membutuhkan partisipasi tiap – tiap lembaga penunjang pembangunan pertanian itu sendiri. Lembaga – lembaga  yang rerkait dengan pengembangan pertanian yaitu seperti lembaga pendidikan (perguruan tinggi), lembaga – lembaga pemberdayaan masyarakat seperti lembaga penyuluhan pertanian, maupun lembaga LSM dan segalah peran pemerintah dalam pembangunan pertanian.
Dari setiap propinsi di Indonesia pengembangan pertanian sangat diprioritaskan, karena secara umum masyarakat masih bekerja sebagai petani. Sektor pertanian masih merupakan sektor basis dari setiap propinsi di Indonesia. Namun, meskipun demikian pertanian kita masih belum mencukupi untuk kebutuhan konsumsi dalam negri sehingga hal inilah yang menyebapkan kita mesti menggunakan jalan impor untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Sebagai negara yang memiliki potensi besar di sektor pertanian maka perlunya kita selalu untuk berupaya memajukan nilai produksi maupun kualitas pertanian kita sehingga kedepanya kita bisa lepastangan dari kebutuhan inpor, bahkan kita harus mengekspor hasil – hasil pertanian kita.
Dalam perjalanan pertanian kita, petani masih sangat banyak memiliki masalah yang ia hadapi dalam melakukan usaha tani. Masalah – masalah yang dihadapi tersebut seperti masalah, ketersediaan pupuk, kurangnya tenaga penyuluh, dan kurangnya pasar yang menjanjikan buat petani. Masalah – masalah tersebut adalah masalah yang ada pada tiap – tiap petani di indonesia.
Di Sulawesi Tenggara memiliki pertanian yang masih dalam tahapan proses perkembangan, hal itu ditunjukan adanya lahan pertanian yang luas namun masih memiliki banyak kendala yang dihadapi petaninya. Salah satunya yang terjadi pada kecamatan mandonga yaitu di salahsatu kelurahan (kelurahan lalodambu), kelurahan lalodambu ini adalah mayoritas petani padi sawah dengan luas lahan secara keseluruhan yaitu 20ha, memiliki 5 kelompok tani dan 4 orang penyuluh pertanianya. Dari hasil wawancara dari seorang petani (Harmin), mereka masih memiliki beberapa masalah yaitu seperti masalah kurangnya ketersediaan pupuk, adanya serangan hama (hama wereng) kurangya modal untuk mengembangkan usaha taninya, dan jarangnya kehadiran penyuluh di tiap tahunya.
Berdasarkan  keterangan diatas maka sangat diperlukan peran penyuluh yang aktif dalam memberikan penerangan untuk petani, sehingga petani terbiasa dengan apa – apa yang  di sarankan penyuluh untuk meningkatkan usahatani yang dijalankanya, memeperoleh sumber modal dari lembaga-lembaga yang ada, serta pemberian ilmu pengetahuan tentang pengendalian hama yang disajikan dalam suatu bentuk komunikasi yang sesuai dengan apa yang mereka butuh dan inginkan. Dengan demikian hal tersebutlah yang melatar belakangi kami untuk mengidentifikasi maslah-masalah yagn dihadapi petani di daerah tersebut serta bentuk solusi yang diharapkan dpat berguna.

B.  Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.   Bagaimana pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di desa Lalodambu  dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui metode COMBI?
2.   Bagaimana keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani di desa Lalodambu  dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui metode COMBI?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.   Mengetahui pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di desa Lalodambu dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui metode COMBI
2.  Mengetahui keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani di desa Lalodambu  dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui metode COMBI



D.  Gambaran Umum Wilayah
1.    Letak Geografis
            Daerah Lalodambu merupakan RW 7 dari Kelurahan Labibia yang terdapat di Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Bila dibandingkan dengan kelurahan lain yang berada di Kecamatan Mandonga, Kelurahan Labibia memiliki luas paling besar yakni 892 km. Namun berbanding terbalik dengan jumlah penduduknya yang paling sedikit bila dibanding dengan Kelurahan lainnya yang berada di Kecamatan Mandonga. Jarak Kelurahan Labibia dengan Ibukota Kecamatan Mandonga adalah 9 km.
            Batas wilayah Kelurahan Labibia adalah sebagai berikut:
Ø  Sebelah Utara berbatasan dengan desa bumi Indah Kecamatan Lalonggasumeeto.
Ø  Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Wawombalata Kecamatan Mandonga.
Ø  Sebelah Timur berbatasan dengan Gunung Nipa-nipa.
Ø  Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Lalodati Kecamatan Puwatu.
2.    Keadaan Iklim
Sebagaimana halnya dengan daerah-daerah lain di Indonesia, di Kelurahan Labibia juga memiliki dua musim yaitu musim hujan april-agustus dimana angin Barat bertiup dan banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Benua Pasifik setelah melalui beberapa lautan, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan mei-oktober dimana angin Timur bertiup dari australia yang sifatnya kering dan kurang mengandung uap air, maka pada bulan tersebut diwilayah Kecamatan Mandonga dan sekitarnya terjadi musim kemarau.
3. Keadaan Penduduk
Ø  Keadaan Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jumlah Jiwa
            Penduduk Kelurahan Labibia pada tahun 2014 sebesar 2.130 jiwa yang terdiri dari 486 kk. Penduduk laki-laki berjumlah 1.069 jiwa dan jumlah penduduk perempuan  sebesar 1.061 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Kelurahan Labibia menurut umur dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk di Kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota Kendari Berdasarkan Tingkatan Umur Tahun 2014.
No.
Umur (tahun)
Jumlah (kk)
Peresentase (%)
1
0 - 14
680
32
2
15 - 60
1.364
64
3
>60
86
4
Jumlah
2130
100
Sumber: data sekunder (profil kelurahan labibia), 2014.
            Tabel 1 menunjukan bahwa, sebagian penduduk berada pada kisaran umur 15-60 tahun, yaitu sebesar 64% dari jumlah penduduk yang ada. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penduduk di Kelurahan Labibia merupakan usia produktif untuk bekerja. Dimana pada usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat serta dapat menerima dan menerapkan inovasi baru secara cepat dan lebih baik. Jika dibandingkan pada usia tidak produktif.

Ø  Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
            Tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dalam melakukan suatu kegiatan, utamanya dalam peroses manajemen usahatani. Dengan demikian makin tinggi pendidikan seseorang akan lebih mudah dalam menyerap inovasi teknologi dalam usahatani sehingga menjadi lebih efisien dan akhirnya dapat memberikan pendapatan tambahan dalam keluarga. Adapun keadaan penduduk di Kelurahan Labibia berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Keadaan Penduduk di Kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota Kendari Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014.

No.
Tingkat pendidikan
jumlah penduduk (Jiwa)
Peresentase (%)
1.
Belum Sekolah
150
6,8
2.
Tidak Pernah Sekolah
117
5,49
3.
Tidak Tamat SD
239
11,26
4.
SD
389
18,30
5.
SLTP
528
24,74
6.
SLTA
560
26,33
7.
Diploma/Sarjana
151
7,08

Jumlah
2130
100,00
Sumber: Data sekunder (profil kelurahan labibia), 2014
            Tabel 2 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan Labibia telah mengikuti pendidikan formal. Penduduk Kelurahan Labibia yang paling banyak jumlahnya ditinjau dari tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh, yaitu penduduk dengan tingkat pendidikan SD sederajat sebesar 18,30%, tingkat pendidikan SLTP/sederajat sebesar 24,74%, tingkat pendidikan SLTA/sederajat sebesar 26,33%, perguruan tinggi sebesar 7,08% dari keseluruhan jumlah penduduk diKelurahan Labibia.
Ø  Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
            Kondisi wilayah Kelurahan Labibia sangat cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan sehingga menyebabkan  mayoritas masyarakat bermata pencaharian di sektor pertanian dan perkebunan. Sebagian besar kepala keluarga di Kelurahan Labibia adalah pemilik lahan pertanian dan perkebunan yang ditanam dengan berbagai macam tanaman semusim dan tanaman tahunan.
            Jenis mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Labibia menggambarkan keadaan tingkat perkembangan ekonomi penduduk sekaligus menunjukan lapangan pekerjaan yang tersedia bagi masyarakat. Penduduk Kelurahan Labibia yang berjumlah 2.130 jiwa atau 527 kk, dengan jumlah penduduk yang berada pada usia produktif sebesar 1,239 (58,16%) jiwa. Penduduk Kelurahan Labibia hampir sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani karena penduduk Labibia berada pada daerah pegunungan.
            Kegiatan pertanian merupakan salah satu mata pencaharian pokok yang banyak diusahakan oleh masyarakat setempat, termasuk masyarakat yang ada di Kelurahan Labibia. Hal tersebut selain didukung oleh potensi sumberdaya alam yang memadai, juga peranan pemerintah dalam memotivasi para petani untuk terus mengembangkan kegiatan usahatani yang dikelolahnya agar mampu berswadaya dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.
4.    Bidang Sosial
            Keadaan sarana dan prasarana dibidang sosial Kelurahan Labibia meliputi beberapa bidang yaitu kesehatan, pendidikan, bidang agama, keamanan dan bidang perkantoran.
            Ketersediaan sarana dan prasarana dibidang sosial yang sangat baik maka diharapkan kepada masyarakat untuk dapat memanfaatkan secara maksimal keberadaan sarana dan prasarana sosial. Berdasarkan tabel 4, sarana pendidikan juga sangat diperlukan untuk menampung usia sekolah sesuai dengan program pemerintah yaitu wajib belajar 9 tahun yaitu sekolah dasar 6 tahun dan sekolah menengah tigkat pertama 3 tahun. Dapat dilihat juga dari segi peribadatan, di Labibia terdapat 2 bangunan masjid yang merupakan sarana untuk beribadah.
5.    Bidang Transportasi dan Komunikasi
            Fasilitas perhubungan yang turut mendukung roda perekonomian di Kelurahan Labibia cukup memadai. Lancarnya arus transportasi ditunjang pula dengan adanya sarana transportasi lokal, yang akan memberikan peran cukup penting bagi perkembangan dan kemajuan serta kelancaran pembangunan wilayah tersebut.
            Lancarnya arus perhubungan serta tersedianya sarana transportasi secara lokal menjadikan hubungan dengan tempat lain diluar wilayah akan lancar, sehingga membantu masyarakat untuk berhubungan dengan desa lain. Begitu pula dengan sarana komunikasi sangat penting perannya dalam upaya peningkatan pengetahuan serta keterampilan masyarakat suatu daerah pada umumnya dan masyarakat tani khususnya.
6.    Bidang Pertanian
            Pada bidang pertanian ada beberapa aspek yang perlu kita tinjau yaitu sarana dan prasarana pertanian, keadaan luas dan jenis tanaman yang di usahakan oleh petani. Ini dapat dilihat secara terperinci pada tabel 6.

Tabel 6. Keadaan Sarana dan Prasarana Pertanian di Kelurahan Labibia  Kecamatan Mandonga Kota Kendarai Tahun 2014.

No.
Jenis sarana dan prasarana
Jumlah (kk)
1.
Sarana pertanian


Traktor
8

Mesin dros
4

Mesin penggiling
2

Jumlah
14
2.
Prasarana pertanian


Saluran primer
2

Saluran sekunder
6

Jumlah
8
            Sumber: data sekunder (profil kelurahan labibia), 2014.
            pada tabel 6 nampak bahwa sarana perasarana cukup memadai kepada sarana pengairan terdapat, 2 saluran primer dan 6 saluran sekunder yang mampu mengairi lahan persawahan meski pada musim kemarau keadaan persawahan tetap terjaga. Alat-alat pertanian yang cukup memadai dapat membantu kelancaran proses pengolahan sawah serta pengolahan hasil usahatani yang dikembangkan oleh warga petani. Kelurahan Labibia potensial untuk lahan pertanian, jenis tanaman yang umum di usahakan adalah sebagian besar padi sawah. Selain tanaman padi sawah terdapat juga tanaman ubi kayu, jagung, dan ubi jalar. Untuk mengetahui keadaan luas dan jenis tanaman yang diusahakan oleh penduduk di Kelurahan Labibia dapat dilihat pada tabel 7.





Tabel 7. Jenis dan Luas Tanaman Pangan di Kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota Kendari Tahun 2014.

No.
Jenis tanaman
Luas lahan (ha)
Luas panen (ha)
Produksi (ton)
1.
Padi sawah
92
64
275,16
2.
Jagung
6
6
50,14
3.
Ubi kayu
2
2
16,51

Jumlah
100,00
72
341,81
            Sumber: data sekunder (profil kelurahan labibia), 2014.
            Tabel 7 menunjukan bahwa usaha tani padi sawah merupakan komoditi yang menepati urutan pertama, karena usaha tani padi sawah merupakan komoditi yang menggunakan lahan terbesar dengan luas tanam yaitu 92 Ha dan luas panen 64 Ha dengan produksi 275,16 ton. Hal ini menunjukan bahwa peroduksi yang di peroleh pettani sudah maksimal, karena didukung dengan kesuburan tanah yang tinggi, tingkat keasaman tanah (ph) di daerah penelitian berkisar antara 5,5 - 6,5. Disusul urutan kedua dengan komoditi jagung yang menggunakan lahan sebesar 6Ha dengan peroduksi 50,14 ton. Dan selanjutnya komoditi ubi kayu yang menggunakan lahan sebesar 2 Ha dan luas panen 2 Ha dengan produksi 16,51.












BAB II
PEMBAHASAN
A.  Identifikasi Masalah
Ø  Identifikasi Masalah Responden (Petani) Di Desa Lalodambu Kecamatan Mandonga
            Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan responden yang kami wawancarai adalah salah satu anggota tani yang tergabung dalam sebuah kelompok tani.
Identitas responden
Nama                                       : HAMRIN
Umur                                       : 47 Tahun
Jenis Kelamin                          : Laki-laki
Agama                                     : Islam
Pendidikan                               : SMA
Jumlah Tanggungan Keluarga :  9 (Sembilan) Orang
            Dari data yang kami peroleh di lapangan melalui wawancara langsung dengan petani yaitu bapak Hamrin beliau menuturkan bahwa semenjak ia mulai berusaha tani padi beliau sudah tergabung dalam kelompok tani yang dibentuk di kelurahannya dengan harapan agar keberadaan kelompok tani ini bisa mempermudah jalannya untuk merintis usahatani padi sawahnya dalam memperoleh bantuan pupuk, benih, obat-obat pembasmi hama tanaman, sumber modal, serta konsultasi dengan penyuluh pertanian di kelurahannya.
            Luas lahan pribadi bapak Hamrin sebesar 20 ha. Jumlah produksi yang beliau peroleh pada tiap musim panen berubah-ubah, yakni berkisar antara 750 kg sampai 850 kg. Dari jumlah hasil penen, sebagian besar digunakan untuk konsumsi keluarga. Hal ini disebabkan karena jumlah tanggungan pak Hamrin cukup banyak yaitu ada 9 orang. Sisa atau kelebihan dari konsumsi keluarga ini akan dijual kepada pedagang-pedagang keliling sebagai sumber pendapatannya.           Pak Hamrin adalah salah satu petani yang tingkat pengetahuannya cukup banyak dibidang budidaya tanaman padi. Beliau menggunakan traktor untuk mengolah lahan sebelum dibudidayakan. Untuk menambah kesuburan tanahnya beliau hanya menggunakan pupuk NPK. Pada saat penanaman padi baliau menggunakan sistem tanam legowo dan pada saat panen beliau hanya menggandalkan tenaga kerja keluarga dengan pertimbangan biaya yang ia miliki sangat minim. Proses perontokan gabah beliau menggunakan mesin perontok gabah yang ada dengan meminjam milik tetangganya kerena beliau belum mampu untuk membelinya.
Dalam mengolah usahatani padi sawah, kegiatan pak Hamrin tidak selalu berjalan sesuai yang diharapkan bahkan pernah dalam suatu kejadian kelompok tani beliau pernah mengalami gagal panen yang disebabkan oleh serangan hama ulat tentara. Pada kejadian ini kelompok tani beliau langsung menghubungi penyuluh akan tetapi penyuluh kurang menghiraukan mereka, sehingga muncullah kekecewaan para anggota kelompok tani. Akibatnya, sebagian dari mereka menjual lahannya kepada anggota kelompok tani lain karena sudah tidak ada lagi motivasi mereka untuk bertani. Selain itu, masalah lain yang muncul adalah mereka merasa adanya diskriminasi dengan kelompok tani lain karena jika ada proyek yang masuk kelompok tani bapak Hamrin tidak menerima bantuan baik pupuk maupun bibit sementara kelompok tani yang lain mendapatkan bantuan.  Jadi, petani terpaksa untuk membeli pupuk dan bibit dengan menggunakan uang pribadi.  Dengan demikian, biaya usahatani menjadi lebih besar sehingga keuntungan yang diperoleh lebih kecil.
            Akan tetapi, meskipun tanpa bantuan dari penyuluh usahatani padi sawah, produksi padi bapak Hamrin tidak selalu menurun tiap panennya, selalunya ada sedikit  peningkatan. Beliau menyatakan bahwa motivasi utamanya dalam bertani adalah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya meskipun didalam hati beliau ingin meningkatkan usahataninya akan tetapi karena keterbatasan modal,dan pengetahuan mengenai pengendalian hama tanaman yang selalu menyerang padi sawahnya.
            Masalah utama yang dihadapi dalam usahatani bapak Hamrin yaitu Kuarangnya sumber modal, minimnya pegetahuan tentang teknik budidaya tanaman padi sawah yaitu dalam proses pengendalian hama, dan kurangnya perhatian penyuluh  terhadap kelompok tani dikelurahan Lalodambu.

B.  Aplikasi Model Strategi Komunikasi
Ø  Metode Komunikasi yang Digunakan dari Masalah Yang Dihadapi Oleh Petani Desa Lolodambu
Metode komunikasi yang digunakan untuk memberdayakan petani berdasarkan identifikasi masalah yang ada adalah metode komunikasi COMBI. Adapun pendekatan COMBI (Communication for Behavioural Impact/Komunikasi Dampak Perilaku) dapat dilihat dalam 10 langkah perencanaan komunikasi yaotu sebagai berikut :
a)      Menyatakan Keseluruhan tujuan
b)      Menyatakan Hasil / Tujuan Perilaku yang diharapkan
c)      Melakukan analisis "Pasar" Situasional Analisis berhadapan dengan Hasil Perilaku yang tepat. Hal ini akan mencakup: situasi saat ini, segmentasi pasar, analisis medan kekuatan, analisis SWOT, kebutuhan / keinginan konsumen, biaya, kenyamanan, posisi / penempatan, pesaing, situasi / masalah komunikasi, penelitian lebih lanjut, pra- syarat Program.
d)     Menyajikan strategi keseluruhan untuk mencapai hasil perilaku lain
e)      Menyajikan Rencana Aksi COMBI
f)       Manajemen: Menjelaskan struktur untuk mengelola pelaksanaan Rencana COMBI
g)      Pemantauan
h)      Penilaian Dampak
i)        Penjadwalan: Menyediakan Kalender / Rentang Waktu / Rencana Pelaksanaan
j)        Budget
Media yang digunakan untuk menjalankan metode diatas adalah media elektronik dalam bentuk Slide. Alasan kami memilih media slide yang akan diterapkan nati pada petani yaitu atas beberapa pertimbangan hal-hal berikut ini :
1)      Dari segi jangkauan apat digunakan secara efektif dalam kelompok diskusi interaktif, dll. Tidak cocok untuk daerah pedesaan dan terpencil.
2)      Dari segi tipe pesan (sederhana/kompleks) topik umum atau khusus dengan jangkauan skala kecil. Merupakan sarana advokasi yang baik untuk pesan yang terfokus.
3)      Dari segi kemampuan adaptasi pemirsa dan umpan balik tersedia dalam setting kelompok kecil. Mudah beradaptasi.
4)      Dari segi biaya relatif murah untuk memproduksinya melalui akses komputer dan aksesoris.
5)      Dari segi kemungkinan penggunaan interaktifnya cukup tinggi. Penggunaan slide dapat membuat poin-poin diskusi terlihat.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, kami memilih untuk menggunakan media elektronik dalam bentuk slide karena mengingat petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani ini hampir semua memiliki riwayat pendidikan SMA bahkan ada yang PNS. Mereka akan lebih mudah untuk beradaptasi terhadap media yang diberikan. Sehingga penyerapan materi yang diberikan akan lebih mudah dipahami.



















BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat diperoleh kesimpulan yakni kendala/masalah utama yang dihadapi oleh masyarakat petani padi sawah di kelurahan Lalodambu Kecamatan Mandonga adalah kurangnya sumber modal, minimnya pengetahuan tentang penegndalian hama penyakit yang menyerang tanaman mereka, serta kurangnnya perhatian tenaga penyuluh di daerah setempat. Maka solusi yang dapat ditawarkan yakitu dengan menggunakan metode komunikasi COMBI melalui pendekatan metode elektronik melalui slide.
B.  Saran
Diharapkan kepada semua pemerintah setempat khususnya penyuluh agar lebih memperhatiakan kondisi masyarakat petaninya agar mereka lebih berdaya dan dapat menjalankan usahataninya dengan baik sehingga mereka dapat memperoleh kesejahteraan.
















DOKUMENTASI


      

           




           


           




Tugas Kelompok

KOMUNIKASI PEMBANGUNAN

Upaya Pemberdayaan Perilaku Petani Padi Sawah Di Desa Lalodambu Kecamatan Mandonga Melalui Metode COMBI


OLEH :
KELOMPOK 3









JURUSAN  AGRIBISNIS
FAKULTAS  PERTANIAN
UNIVERSITAS  HALU  OLEO
2014

NAMA – NAMA KELOMPOK III

Ketua :
NUR TANI
D1A1 12 002

Anggota :

FERDHI.H
:
D1A1 11 020
SYAMSIAH
:
D1A1 12 020
DERMAN
:
D1A1 12 107
RISNA
:
D1A1 12 003
LA ODE HALFIN
:
D1A1 12 074
JOJON HERMAWAN
WORLDIANTO TIBOYONG   
:
:
D1A1 12 065
   D1A1 12 032
ZULFAHMI SULTRA
:      
   D1A1 11 049
MARIA THERESIA SARIGANA
:
D1A1 12 248