BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
pembangunan pertanian harus membutuhkan partisipasi tiap – tiap lembaga
penunjang pembangunan pertanian itu sendiri. Lembaga – lembaga yang rerkait dengan pengembangan pertanian
yaitu seperti lembaga pendidikan (perguruan tinggi), lembaga – lembaga pemberdayaan
masyarakat seperti lembaga penyuluhan pertanian, maupun lembaga LSM dan segalah
peran pemerintah dalam pembangunan pertanian.
Dari
setiap propinsi di Indonesia pengembangan pertanian sangat diprioritaskan,
karena secara umum masyarakat masih bekerja sebagai petani. Sektor pertanian
masih merupakan sektor basis dari setiap propinsi di Indonesia. Namun, meskipun
demikian pertanian kita masih belum mencukupi untuk kebutuhan konsumsi dalam
negri sehingga hal inilah yang menyebapkan kita mesti menggunakan jalan impor
untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Sebagai negara yang memiliki potensi besar
di sektor pertanian maka perlunya kita selalu untuk berupaya memajukan nilai
produksi maupun kualitas pertanian kita sehingga kedepanya kita bisa
lepastangan dari kebutuhan inpor, bahkan kita harus mengekspor hasil – hasil
pertanian kita.
Dalam
perjalanan pertanian kita, petani masih sangat banyak memiliki masalah yang ia
hadapi dalam melakukan usaha tani. Masalah – masalah yang dihadapi tersebut
seperti masalah, ketersediaan pupuk, kurangnya tenaga penyuluh, dan kurangnya
pasar yang menjanjikan buat petani. Masalah – masalah tersebut adalah masalah
yang ada pada tiap – tiap petani di indonesia.
Di
Sulawesi Tenggara memiliki pertanian yang masih dalam tahapan proses
perkembangan, hal itu ditunjukan adanya lahan pertanian yang luas namun masih
memiliki banyak kendala yang dihadapi petaninya. Salah satunya yang terjadi
pada kecamatan mandonga yaitu di salahsatu kelurahan (kelurahan lalodambu),
kelurahan lalodambu ini adalah mayoritas petani padi sawah dengan luas lahan
secara keseluruhan yaitu 20ha, memiliki 5 kelompok tani dan 4 orang penyuluh
pertanianya. Dari hasil wawancara dari seorang petani (Harmin), mereka masih
memiliki beberapa masalah yaitu seperti masalah kurangnya ketersediaan pupuk,
adanya serangan hama (hama wereng) kurangya modal untuk mengembangkan usaha
taninya, dan jarangnya kehadiran penyuluh di tiap tahunya.
Berdasarkan keterangan diatas maka sangat diperlukan
peran penyuluh yang aktif dalam memberikan penerangan untuk petani, sehingga
petani terbiasa dengan apa – apa yang di
sarankan penyuluh untuk meningkatkan usahatani yang dijalankanya, memeperoleh
sumber modal dari lembaga-lembaga yang ada, serta pemberian ilmu pengetahuan
tentang pengendalian hama yang disajikan dalam suatu bentuk komunikasi yang
sesuai dengan apa yang mereka butuh dan inginkan. Dengan demikian hal
tersebutlah yang melatar belakangi kami untuk mengidentifikasi maslah-masalah
yagn dihadapi petani di daerah tersebut serta bentuk solusi yang diharapkan
dpat berguna.
B. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di desa Lalodambu dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui
metode COMBI?
2. Bagaimana
keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani di desa Lalodambu dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui
metode COMBI?
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan dari laporan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat petani di desa Lalodambu dalam upaya
meningkatkan hasil panen melalui metode COMBI
2. Mengetahui
keberhasilan pemberdayaan masyarakat petani di desa Lalodambu dalam upaya meningkatkan hasil panen melalui
metode COMBI
D.
Gambaran
Umum Wilayah
1.
Letak
Geografis
Daerah
Lalodambu merupakan RW 7 dari Kelurahan Labibia yang terdapat di Kecamatan
Mandonga Kota Kendari. Bila dibandingkan dengan kelurahan lain yang berada di
Kecamatan Mandonga, Kelurahan Labibia memiliki luas paling besar yakni 892 km.
Namun berbanding terbalik dengan jumlah penduduknya yang paling sedikit bila
dibanding dengan Kelurahan lainnya yang berada di Kecamatan Mandonga. Jarak
Kelurahan Labibia dengan Ibukota Kecamatan Mandonga adalah 9 km.
Batas
wilayah Kelurahan Labibia adalah sebagai berikut:
Ø Sebelah
Utara berbatasan dengan desa bumi Indah Kecamatan Lalonggasumeeto.
Ø Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kelurahan Wawombalata Kecamatan Mandonga.
Ø Sebelah
Timur berbatasan dengan Gunung Nipa-nipa.
Ø Sebelah
Barat berbatasan dengan Kelurahan Lalodati Kecamatan Puwatu.
2.
Keadaan
Iklim
Sebagaimana
halnya dengan daerah-daerah lain di Indonesia, di Kelurahan Labibia juga
memiliki dua musim yaitu musim hujan april-agustus dimana angin Barat bertiup
dan banyak mengandung uap air yang berasal dari Benua Asia dan Benua Pasifik
setelah melalui beberapa lautan, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan
mei-oktober dimana angin Timur bertiup dari australia yang sifatnya kering dan
kurang mengandung uap air, maka pada bulan tersebut diwilayah Kecamatan
Mandonga dan sekitarnya terjadi musim kemarau.
3.
Keadaan Penduduk
Ø Keadaan
Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur dan Jumlah Jiwa
Penduduk
Kelurahan Labibia pada tahun 2014 sebesar 2.130 jiwa yang terdiri dari 486 kk.
Penduduk laki-laki berjumlah 1.069 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebesar 1.061 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk
Kelurahan Labibia menurut umur dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel
1. Jumlah Penduduk di Kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota Kendari
Berdasarkan Tingkatan Umur Tahun 2014.
No.
|
Umur
(tahun)
|
Jumlah
(kk)
|
Peresentase
(%)
|
1
|
0 - 14
|
680
|
32
|
2
|
15 - 60
|
1.364
|
64
|
3
|
>60
|
86
|
4
|
Jumlah
|
2130
|
100
|
Sumber: data sekunder (profil kelurahan labibia),
2014.
Tabel
1 menunjukan bahwa, sebagian penduduk berada pada kisaran umur 15-60 tahun,
yaitu sebesar 64% dari jumlah penduduk yang ada. Hal ini menunjukan bahwa
sebagian besar penduduk di Kelurahan Labibia merupakan usia produktif untuk
bekerja. Dimana pada usia produktif memiliki kemampuan fisik yang lebih kuat
serta dapat menerima dan menerapkan inovasi baru secara cepat dan lebih baik.
Jika dibandingkan pada usia tidak produktif.
Ø Keadaan
Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat
pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi cara berpikir dan
bertindak dalam melakukan suatu kegiatan, utamanya dalam peroses manajemen
usahatani. Dengan demikian makin tinggi pendidikan seseorang akan lebih mudah
dalam menyerap inovasi teknologi dalam usahatani sehingga menjadi lebih efisien
dan akhirnya dapat memberikan pendapatan tambahan dalam keluarga. Adapun
keadaan penduduk di Kelurahan Labibia berdasarkan tingkat pendidikan dapat
dilihat pada tabel 2.
Tabel
2. Keadaan Penduduk di Kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota Kendari
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2014.
No.
|
Tingkat
pendidikan
|
jumlah
penduduk (Jiwa)
|
Peresentase
(%)
|
1.
|
Belum Sekolah
|
150
|
6,8
|
2.
|
117
|
5,49
|
|
3.
|
Tidak Tamat SD
|
239
|
11,26
|
4.
|
SD
|
389
|
18,30
|
5.
|
SLTP
|
528
|
24,74
|
6.
|
SLTA
|
560
|
26,33
|
7.
|
Diploma/Sarjana
|
151
|
7,08
|
|
Jumlah
|
2130
|
100,00
|
Sumber: Data sekunder (profil kelurahan labibia),
2014
Tabel
2 menunjukan bahwa sebagian besar penduduk Kelurahan Labibia telah mengikuti
pendidikan formal. Penduduk Kelurahan Labibia yang paling banyak jumlahnya
ditinjau dari tingkat pendidikan formal yang pernah ditempuh, yaitu penduduk
dengan tingkat pendidikan SD sederajat sebesar 18,30%, tingkat pendidikan
SLTP/sederajat sebesar 24,74%, tingkat pendidikan SLTA/sederajat sebesar
26,33%, perguruan tinggi sebesar 7,08% dari keseluruhan jumlah penduduk
diKelurahan Labibia.
Ø Keadaan
Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Kondisi
wilayah Kelurahan Labibia sangat cocok untuk lahan pertanian dan perkebunan
sehingga menyebabkan mayoritas
masyarakat bermata pencaharian di sektor pertanian dan perkebunan. Sebagian
besar kepala keluarga di Kelurahan Labibia adalah pemilik lahan pertanian dan
perkebunan yang ditanam dengan berbagai macam tanaman semusim dan tanaman
tahunan.
Jenis
mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Labibia
menggambarkan keadaan tingkat perkembangan ekonomi penduduk sekaligus
menunjukan lapangan pekerjaan yang tersedia bagi masyarakat. Penduduk Kelurahan
Labibia yang berjumlah 2.130 jiwa atau 527 kk, dengan jumlah penduduk yang
berada pada usia produktif sebesar 1,239 (58,16%) jiwa. Penduduk Kelurahan
Labibia hampir sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani karena
penduduk Labibia berada pada daerah pegunungan.
Kegiatan
pertanian merupakan salah satu mata pencaharian pokok yang banyak diusahakan
oleh masyarakat setempat, termasuk masyarakat yang ada di Kelurahan Labibia.
Hal tersebut selain didukung oleh potensi sumberdaya alam yang memadai, juga
peranan pemerintah dalam memotivasi para petani untuk terus mengembangkan
kegiatan usahatani yang dikelolahnya agar mampu berswadaya dalam memenuhi
kebutuhan keluarganya.
4.
Bidang
Sosial
Keadaan
sarana dan prasarana dibidang sosial Kelurahan Labibia meliputi beberapa bidang
yaitu kesehatan, pendidikan, bidang agama, keamanan dan bidang perkantoran.
Ketersediaan
sarana dan prasarana dibidang sosial yang sangat baik maka diharapkan kepada
masyarakat untuk dapat memanfaatkan secara maksimal keberadaan sarana dan
prasarana sosial. Berdasarkan tabel 4, sarana pendidikan juga sangat diperlukan
untuk menampung usia sekolah sesuai dengan program pemerintah yaitu wajib
belajar 9 tahun yaitu sekolah dasar 6 tahun dan sekolah menengah tigkat pertama
3 tahun. Dapat dilihat juga dari segi peribadatan, di Labibia terdapat 2
bangunan masjid yang merupakan sarana untuk beribadah.
5.
Bidang
Transportasi dan Komunikasi
Fasilitas
perhubungan yang turut mendukung roda perekonomian di Kelurahan Labibia cukup
memadai. Lancarnya arus transportasi ditunjang pula dengan adanya sarana
transportasi lokal, yang akan memberikan peran cukup penting bagi perkembangan
dan kemajuan serta kelancaran pembangunan wilayah tersebut.
Lancarnya
arus perhubungan serta tersedianya sarana transportasi secara lokal menjadikan
hubungan dengan tempat lain diluar wilayah akan lancar, sehingga membantu
masyarakat untuk berhubungan dengan desa lain. Begitu pula dengan sarana
komunikasi sangat penting perannya dalam upaya peningkatan pengetahuan serta
keterampilan masyarakat suatu daerah pada umumnya dan masyarakat tani
khususnya.
6.
Bidang
Pertanian
Pada
bidang pertanian ada beberapa aspek yang perlu kita tinjau yaitu sarana dan
prasarana pertanian, keadaan luas dan jenis tanaman yang di usahakan oleh
petani. Ini dapat dilihat secara terperinci pada tabel 6.
Tabel
6. Keadaan Sarana dan Prasarana Pertanian di Kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota Kendarai Tahun 2014.
No.
|
Jenis
sarana dan prasarana
|
Jumlah
(kk)
|
1.
|
Sarana pertanian
|
|
|
Traktor
|
8
|
|
Mesin dros
|
4
|
|
Mesin penggiling
|
2
|
|
Jumlah
|
14
|
2.
|
Prasarana pertanian
|
|
|
Saluran primer
|
2
|
|
Saluran sekunder
|
6
|
|
Jumlah
|
8
|
Sumber: data sekunder (profil kelurahan labibia),
2014.
pada tabel 6 nampak bahwa sarana
perasarana cukup memadai kepada sarana pengairan terdapat, 2 saluran primer dan
6 saluran sekunder yang mampu mengairi lahan persawahan meski pada musim
kemarau keadaan persawahan tetap terjaga. Alat-alat pertanian yang cukup
memadai dapat membantu kelancaran proses pengolahan sawah serta pengolahan
hasil usahatani yang dikembangkan oleh warga petani. Kelurahan Labibia
potensial untuk lahan pertanian, jenis tanaman yang umum di usahakan adalah
sebagian besar padi sawah. Selain tanaman padi sawah terdapat juga tanaman ubi
kayu, jagung, dan ubi jalar. Untuk mengetahui keadaan luas dan jenis tanaman
yang diusahakan oleh penduduk di Kelurahan Labibia dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel
7. Jenis dan Luas Tanaman Pangan di Kelurahan Labibia Kecamatan Mandonga Kota
Kendari Tahun 2014.
No.
|
Jenis tanaman
|
Luas lahan (ha)
|
Luas panen (ha)
|
Produksi (ton)
|
1.
|
Padi sawah
|
92
|
64
|
275,16
|
2.
|
Jagung
|
6
|
6
|
50,14
|
3.
|
Ubi kayu
|
2
|
2
|
16,51
|
|
Jumlah
|
100,00
|
72
|
341,81
|
Sumber: data sekunder (profil kelurahan
labibia), 2014.
Tabel 7 menunjukan bahwa usaha tani
padi sawah merupakan komoditi yang menepati urutan pertama, karena usaha tani
padi sawah merupakan komoditi yang menggunakan lahan terbesar dengan luas tanam
yaitu 92 Ha dan luas panen 64 Ha dengan produksi 275,16 ton. Hal ini menunjukan
bahwa peroduksi yang di peroleh pettani sudah maksimal, karena didukung dengan
kesuburan tanah yang tinggi, tingkat keasaman tanah (ph) di daerah penelitian
berkisar antara 5,5 - 6,5. Disusul urutan kedua dengan komoditi jagung yang
menggunakan lahan sebesar 6Ha dengan peroduksi 50,14 ton. Dan selanjutnya
komoditi ubi kayu yang menggunakan lahan sebesar 2 Ha dan luas panen 2 Ha
dengan produksi 16,51.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Identifikasi
Masalah
Ø Identifikasi Masalah
Responden (Petani) Di Desa Lalodambu Kecamatan Mandonga
Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan responden yang kami wawancarai adalah salah satu
anggota tani yang tergabung dalam sebuah kelompok tani.
Identitas responden
Nama : HAMRIN
Umur : 47 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :
SMA
Jumlah Tanggungan Keluarga : 9 (Sembilan) Orang
Dari
data yang kami peroleh di lapangan melalui wawancara langsung dengan petani
yaitu bapak Hamrin beliau menuturkan bahwa semenjak ia mulai berusaha tani padi
beliau sudah tergabung dalam kelompok tani yang dibentuk di kelurahannya dengan
harapan agar keberadaan kelompok tani ini bisa mempermudah jalannya untuk
merintis usahatani padi sawahnya dalam memperoleh bantuan pupuk, benih,
obat-obat pembasmi hama tanaman, sumber modal, serta konsultasi dengan penyuluh
pertanian di kelurahannya.
Luas
lahan pribadi bapak Hamrin sebesar 20 ha. Jumlah produksi yang beliau peroleh
pada tiap musim panen berubah-ubah, yakni berkisar antara 750 kg sampai 850
kg. Dari jumlah hasil penen, sebagian besar digunakan untuk konsumsi
keluarga. Hal ini disebabkan karena jumlah tanggungan pak Hamrin cukup banyak
yaitu ada 9 orang. Sisa atau kelebihan dari konsumsi keluarga ini akan dijual
kepada pedagang-pedagang keliling sebagai sumber pendapatannya. Pak Hamrin adalah salah satu petani
yang tingkat pengetahuannya cukup banyak dibidang budidaya tanaman padi. Beliau
menggunakan traktor untuk mengolah lahan sebelum dibudidayakan. Untuk menambah
kesuburan tanahnya beliau hanya menggunakan pupuk NPK. Pada saat penanaman padi
baliau menggunakan sistem tanam legowo dan pada saat panen beliau hanya
menggandalkan tenaga kerja keluarga dengan pertimbangan biaya yang ia miliki
sangat minim. Proses perontokan gabah beliau menggunakan mesin perontok gabah
yang ada dengan meminjam milik tetangganya kerena beliau belum mampu untuk
membelinya.
Dalam mengolah
usahatani padi sawah, kegiatan pak Hamrin tidak selalu berjalan sesuai yang
diharapkan bahkan pernah dalam suatu kejadian kelompok tani beliau pernah
mengalami gagal panen yang disebabkan oleh serangan hama ulat tentara. Pada
kejadian ini kelompok tani beliau langsung menghubungi penyuluh akan tetapi
penyuluh kurang menghiraukan mereka, sehingga muncullah kekecewaan para anggota
kelompok tani. Akibatnya, sebagian dari mereka menjual lahannya kepada anggota
kelompok tani lain karena sudah tidak ada lagi motivasi mereka untuk bertani.
Selain itu, masalah lain yang muncul adalah mereka merasa adanya diskriminasi
dengan kelompok tani lain karena jika ada proyek yang masuk kelompok tani bapak
Hamrin tidak menerima bantuan baik pupuk maupun bibit sementara kelompok tani
yang lain mendapatkan bantuan. Jadi,
petani terpaksa untuk membeli pupuk dan bibit dengan menggunakan uang pribadi. Dengan demikian, biaya usahatani menjadi
lebih besar sehingga keuntungan yang diperoleh lebih kecil.
Akan
tetapi, meskipun tanpa bantuan dari penyuluh usahatani padi sawah, produksi
padi bapak Hamrin tidak selalu menurun tiap panennya, selalunya ada
sedikit peningkatan. Beliau menyatakan
bahwa motivasi utamanya dalam bertani adalah untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya meskipun didalam hati beliau ingin meningkatkan usahataninya akan
tetapi karena keterbatasan modal,dan pengetahuan mengenai pengendalian hama
tanaman yang selalu menyerang padi sawahnya.
Masalah
utama yang dihadapi dalam usahatani bapak Hamrin yaitu Kuarangnya sumber modal,
minimnya pegetahuan tentang teknik budidaya tanaman padi sawah yaitu dalam
proses pengendalian hama, dan kurangnya perhatian penyuluh terhadap kelompok tani dikelurahan Lalodambu.
B. Aplikasi Model Strategi
Komunikasi
Ø Metode Komunikasi yang
Digunakan dari Masalah Yang Dihadapi Oleh Petani Desa Lolodambu
Metode
komunikasi yang digunakan untuk memberdayakan petani berdasarkan identifikasi
masalah yang ada adalah metode komunikasi COMBI. Adapun pendekatan COMBI
(Communication for Behavioural Impact/Komunikasi Dampak Perilaku) dapat dilihat
dalam 10 langkah perencanaan komunikasi yaotu sebagai berikut :
a)
Menyatakan Keseluruhan
tujuan
b)
Menyatakan Hasil /
Tujuan Perilaku yang diharapkan
c)
Melakukan analisis
"Pasar" Situasional Analisis berhadapan dengan Hasil Perilaku yang
tepat. Hal ini akan mencakup: situasi saat ini, segmentasi pasar, analisis
medan kekuatan, analisis SWOT, kebutuhan / keinginan konsumen, biaya,
kenyamanan, posisi / penempatan, pesaing, situasi / masalah komunikasi,
penelitian lebih lanjut, pra- syarat Program.
d)
Menyajikan strategi
keseluruhan untuk mencapai hasil perilaku lain
e)
Menyajikan Rencana Aksi
COMBI
f)
Manajemen: Menjelaskan
struktur untuk mengelola pelaksanaan Rencana COMBI
g)
Pemantauan
h)
Penilaian Dampak
i)
Penjadwalan:
Menyediakan Kalender / Rentang Waktu / Rencana Pelaksanaan
j)
Budget
Media yang
digunakan untuk menjalankan metode diatas adalah media elektronik dalam bentuk
Slide. Alasan kami memilih media slide yang akan diterapkan nati pada petani
yaitu atas beberapa pertimbangan hal-hal berikut ini :
1)
Dari segi jangkauan
apat digunakan secara efektif dalam kelompok diskusi interaktif, dll. Tidak
cocok untuk daerah pedesaan dan terpencil.
2)
Dari segi tipe pesan (sederhana/kompleks)
topik umum atau khusus dengan jangkauan skala kecil. Merupakan sarana advokasi
yang baik untuk pesan yang terfokus.
3)
Dari segi kemampuan
adaptasi pemirsa dan umpan balik tersedia dalam setting kelompok kecil. Mudah
beradaptasi.
4)
Dari segi biaya relatif
murah untuk memproduksinya melalui akses komputer dan aksesoris.
5)
Dari segi kemungkinan
penggunaan interaktifnya cukup tinggi. Penggunaan slide dapat membuat poin-poin
diskusi terlihat.
Berdasarkan
pertimbangan tersebut, kami memilih untuk menggunakan media elektronik dalam
bentuk slide karena mengingat petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani
ini hampir semua memiliki riwayat pendidikan SMA bahkan ada yang PNS. Mereka
akan lebih mudah untuk beradaptasi terhadap media yang diberikan. Sehingga
penyerapan materi yang diberikan akan lebih mudah dipahami.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan diatas maka dapat diperoleh kesimpulan yakni kendala/masalah
utama yang dihadapi oleh masyarakat petani padi sawah di kelurahan Lalodambu
Kecamatan Mandonga adalah kurangnya sumber modal, minimnya pengetahuan tentang
penegndalian hama penyakit yang menyerang tanaman mereka, serta kurangnnya
perhatian tenaga penyuluh di daerah setempat. Maka solusi yang dapat ditawarkan
yakitu dengan menggunakan metode komunikasi COMBI melalui pendekatan metode
elektronik melalui slide.
B. Saran
Diharapkan
kepada semua pemerintah setempat khususnya penyuluh agar lebih memperhatiakan
kondisi masyarakat petaninya agar mereka lebih berdaya dan dapat menjalankan
usahataninya dengan baik sehingga mereka dapat memperoleh kesejahteraan.
DOKUMENTASI
Tugas Kelompok
KOMUNIKASI PEMBANGUNAN
“Upaya Pemberdayaan Perilaku Petani Padi Sawah Di Desa Lalodambu
Kecamatan Mandonga Melalui Metode COMBI ”
OLEH
:
KELOMPOK
3
JURUSAN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU
OLEO
2014
NAMA
– NAMA KELOMPOK III
Ketua
:
NUR
TANI
D1A1
12 002
Anggota
:
FERDHI.H
|
:
|
D1A1
11 020
|
SYAMSIAH
|
:
|
D1A1
12 020
|
DERMAN
|
:
|
D1A1
12 107
|
RISNA
|
:
|
D1A1
12 003
|
LA ODE HALFIN
|
:
|
D1A1
12 074
|
JOJON HERMAWAN
WORLDIANTO TIBOYONG
|
:
:
|
D1A1 12 065
D1A1 12
032
|
ZULFAHMI
SULTRA
|
:
|
D1A1 11 049
|
MARIA THERESIA
SARIGANA
|
:
|
D1A1
12 248
|
|
|
|