I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mentimun (cucumis
sativus L) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat
dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang di
makan dari sayuran ini adalah buahnya. Biasanya buah mntimun di makan mneta
sebagai lalap dalam hidangan makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah
segar.
Mentimun memiliki
berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau
antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan timon
(Aceh). Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakaan
sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari
15 kalori. 0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg
besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 vitamin A, 0,3 vitamin
B1, dan 0,2 vitamin B2.
Kebutuhan akan produksi hortikultura khususnya tanaman
mentimun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor dewasa ini
cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meningkatnya kebutuhan
akan sayuran dunia khususnya Indonesia sejalan dengan perumbuhan jumlah
penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pertumbuhan gizi dalam
menunjang kehidupan.
Secara umum, budidaya
mentimun yang dilakukan oleh petani menggunakan biji, karena tanaman ini tidak
dapat dilakukan dengan cara stek, dan tanaman ini di budidayakan pada awal atau
akhir musim hujan agar dapat memenuhi kebutuhan air yang di perlukan tanaman.
Namun dapat juga di budidayakan pada musim kemarau dengan menggunakan perlakuan
mulsa.
Mulsa adalah sisa
tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang di sebar di permukaan tanah. Mulsa
berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi dan menjaga
kelembaban struktur, kesuburan tanah serta menghambat perumbuhan gulama (rumput
liar).
Mulsa organik yaitu
mulsa yang terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang
jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan
tersebut di sebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm
sehingga permukaan tanah tertutup sempurna. Mulsa sisa tanaman dapat
memperbaiki kesuburan, struktur dan cadangan air tanah. Mulsa juga menghalangi
pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas
dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapat menarik binatang tanah
(seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan
organik sebagai makanan cacing.
Pada sistem agribisnis
yang intensif, dengan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi, sering di gunakan
mulsa plastik untuk mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan hama dan
penyakit serta gulma. Lembaran plastic di bentangkan di atas permukaan tanah
untuk melindungi tanaman. Sedangkan di pegunungan batu-batu cukup banyak
tersedia sehingga bias di pakai sebagai mulsa untuk tanaman pohon-pohonan. Permukaan
tanah di tutup dengan batu yang di susun rapat sehingga tidak terliat lagi.
Ukuran batu-batu berkisar antara 2-10 cm. Tebalnya lapisan mulsa tidak tertentu
yang jelas permukaan tanah harus di tutupi.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, maka rumusan masalah laporan ini yaitu:
1. Bagaiman
pengaruh penggunaan mulsa alang-alang teradap pertumbuhan dan peningkatan
produksi tanaman mentimun pada musim kemarau?
C.
Tujuan
Praktikum
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan mulsa
alang-alang terhadap pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman mentimun pada
musim kemarau.
D.
Kegunaan
Praktikum
Adapun kegunaan dari
praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui pengaruh aplikasi mulsa
alang-alang terhadap pertumbuhan dan peningkatan produksi anaman mentimun pada
musim kemarau.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Botani
Tanaman Mentimun
1.
Akar
Menurut Rukmana (1994),
perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya
tembus akar relative dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, tanaman
mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air.
2.
Batang
Batang tanaman mentimun
berbulu kasar, basah dan mempunyai panjang 0,5 – 2,5 meter. Tanaman mentimun
memiliki batang yang berwarna hijau mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang
keluar disisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan
ujungnya peka sentuhan. Bila menyentu galah sulur akan mulai melingkarinya.
Dalam waktu 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah / ajir. (Sunarjono,
2007).
3.
Daun
Daun mentimun lebar
berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daunnya
beraroma kurang sedap dan langu, serta berbulu tetapi tidak tajam. Daun berbentuk bulat lebar dengan
bagian ujung yang meruncing berbentuk jantung, kedudukan daun pada batang
beselang seling antra satu daun dengan daun di atasnya. (Sumpena, 2001).
4.
Bunga
Bunga mentimun berwarna
kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini berrumah satu artinya bunga jantan
dan bunga bretina terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina
mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang membengkak, sedangkan bunga jantan
tidak. Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga. (Sunarjono, 2007).
5.
Buah
Buah
mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau keputihan
dan putih, tergantung kualtivar yang di usahakan. Sementara buah mentimun yang
sudah tua (untuk produksi benih) berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning
tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah mentimun antara 12 – 25 cm
atau tergantung kultivar yang di usahakan. (Sumpena, 2001).
B.
Karakteristik
dan Syarat Tumbuh
1.
Karakteristik
Timun memiliki
klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Diviso : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Clas : Dicotiledonae
Ordo : Cucurbitales
Family : Cucurbitaceae
Genus : Cucumis
Species : Cucumis
sativus. L. (Sumpena, 2001).
2.
Syarat Tumbuh
Tanaman
mentimun memiliki syarat tumbuh antara lain: Ketinggian tempat berada pada kisaran 1 m – 1.000 m di atas
permukaan laut, Curah hujan tahunan 800
mm – 1.000 mm / tahun, Bulan basah (di atas 100 mm / bulan) : 5 – 7 bulan, Bulan
kering (di bawah 600 mm / bulan) : 4 – 6 bulan, Suhu udara 170°C - 230°C, Kelembaban udara sedang, Penyinaran
matahari sedang – tinggi, Tanah bertekstur
lempung, memiliki Drainase baik, Kedalaman air tanah 50 cm – 200 cm dari permukaan tanah, Kedalaman
perakaran di atas 15 cm dari permukaan
tanah, Kemasaman (pH) 5,5 – 6,8, Kesuburan
tanah tinggi. (Sunarjono, 2007).
C.
Manfaat
Mulsa
Manfaat
pemberian mulsa bagi tanaman yaitu : Mengurangi penyiraman karena penguapan air
dari tanah menjadi berkurang, menjaga suhu tanah lebih stabil. Suhu di sekitar
perakaran tetap sejuk sehingga akar bisa bekerja lebih optimal, untuk
mengendalikan gulma gulma, mengurangi erosi air atau angin, menamba keindahan
lahan pertanian, sebaagai sumber hara, melindungi permukaan tanah dari pukulan
langsung butir-butir air hujan serta mengurangi aliran permukaan, erosi dan
keilangan tanah,m enekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi
(biaya tenaga kerja untuk penyiangan), mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman
menjadi sumber bahan organik, meningkatkan aktifitas jasad renik
(mikroorganisme tanah), sehingga memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah,m embantu
menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga mempertahankan
kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien, dan
tergolong tekhnik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya
rendah. (Reijntjes, 1999).
D.
Manfaat
Pupuk Organik Bagi Tanaman
Manfaat
pupuk organik bagi tanaman yaitu : Meningkatkan kesuburan tanah, mempertahankan
dan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, memperbaiki struktur
tanah begitu juga dengan karakteristiknya, akhirnya tanah menjadi mudah di
olah, gembur, ringan dan mudah untuk di olah jika tanah gembur maka akar mudah
menembus tanah, tanah-tanah berat menjadi mudah untuk di olah, aktivitas
mikroba tanah meningkat, pupuk organik mengandung mikroba yang akan menguraikan
bahan-bahan organik maupun onorganik, kapasitas
penyerapan air oleh tanah juga meningkat sehingga tanah itu dapat mengikat air
lebih lama sehingga air yang di butuhkan oleh tanaman selalu tersedia, meningkatkan
daya tahan tanaman terhadap perubahan sifat tanah, perubahan iklim dan serangan
hama penyakit, aktivitas mikroba dalam tanahpun akan meningkat, dan meningkatkan
kapasitas pertukaran kation sehingga pada saat tanaman di beri pupuk dalam
dosis tinggi, unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman tidak mudah tercuci. (Sutedjo,
1997).
E.
Manfaat
Pupuk Anorganik Bagi tanaman.
1.
Urea
Pupuk urea
diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akar unsur hara nitrogen (N).
Adapun manfaat dari unsur N yaitu : menjadikan bagian daun menjadi hijau segar
sehingga banyak mengandung butir hijau daun yang diperlukan dalam proses
fotosintesa. Mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi, jumlah anakan,
tunas dan lain-lain) sehingga memperbanyak produksi serta menambah kandungan
protein dari hasil tanaman. (Sutedjo, 1997).
2.
ZA
Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara nitrogen
(N) dan belerang (S). Adapun manfaat dari unsur hara belerang (S) adalah
membantu pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau. Menambah kandungan
protein dan vitamin tanaman. Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada
proses pembuatan gula. Memacu pertumbuhan anakan produktif, pemberian belerang
mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil produksi. (Sutedjo,
1997).
3.
SP-36
Pupuk SP-36 diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara
fosfat (P). Adapun manfaat dari unsur hara fosfat adalah memacu pertumbuhan
akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur
hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat dan kuat.
Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Mempercepat
pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman. Memacu
pertumbuhan generatif tanaman yaitu mempercepat pembentukan bunga dan masaknya
buah atau biji sehingga mempercepat masa panen. Memperbesar persentase
pembentukan bunga dan menjadi buah serta biji. (Sutedjo,
1997).
4.
KCL
Pupuk KCL diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara kalium
(K). Adapun manfaat unsur hara kalium (K) adalah memperlancar proses
fotosintesa. Memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan memperkuat
ketegaran batang sehingga mengurangi resiko
mudah rebah, mengurangi kecepatan pembusukan hasil selama pengangkutan
dan penyimpanan. Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit
dan kekeringan. Memperbaiki mutu hasil yang berupa bunga dan buah (rasa dan
warna). (Sutedjo, 1997).
III.
KERANGKA PIKIR
Penggunaan
media tanam yang bagus akan memicu pertumbuhan tanaman yang produktif.
Kebanyakan dari masyarakat petani sering mengeluh dengan pertumbuhan gulma yang
begitu pesat pada lahan budidaya sehingga tanaman budidaya tidak tumbuh
produktif karena kalah saing dengan
gulma baik dari unsur hara, cahaya matahari dan air. Sehingga untuk mencegah
pertumbuhan gulma itu sendiri perlu dilakukan pengendalian gulma yaitu salah satunya
adalah dengan pemberian mulsa organik pada lahan budidaya.
Penggunaan mulsa organik adalah teknik
konservasi tanah yang tergolong dalam cara vegetatif. Pada teknik ini permukaan
tanah di antara barisan tanaman atau di sekitar batang pohon ditutup dengan
bahan-bahan berupa sisa tanaman setelah panen, pangkasan tanaman pagar atau
larikan pada budidaya lorong.
Dari aspek pengendalian erosi, peran langsung
bahan mulsa adalah melindungi permukaan tanah dari pukulan butir-butir hujan,
mempertahankan kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu,
sedangkan perannya yang tidak langsung adalah memperbaiki struktur tanah.
Penggunaan mulsa umumnya dilakukan di daerah-daerah yang sering mengalami
kekeringan dan rentan terhadap pertumbuhan gulma. Pilihan bahan-bahan
untuk mulsa tergantung pada bahan-bahan yang tersedia setempat.
Praktikum teknologi
produksi tanaman tentang pembudidayaan tanaman mentimun di lakukan tiga macam
perlakuan pada masing-masing bedengan yaitu bedengan pertama tanpa pemberian
mulsa , bedengan kedua di beri perlakuan mulsa satu lapis dan bedengan ketiga
di beri perlakuan mulsa dua lapis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian mulsa alang-alang satu lapis, pemberian mulsa alang-alang dua lapis
dan tanpa pemberian mulsa terhadap pertumbuhan terhadap pertumbuhan tanaman
mentimun dan peningkatan produksi.
IV.
METODE
PRAKTIKUM
A.
Tempat
dan Waktu
Praktikum
ini di laksanakan di Kebun Percobaan Lahan Kering Fakultas Pertanian
Universitas Halu Oleo pada bulan Oktober – Desember 2014.
B.
Alat
dan Bahan
Alat yang di gunakan
pada praktikum ini antara lain Parang, Cangkul, Sekop, Traktor, Gembor Air dan
Alat Tulis.
Sedangkan
bahan yang di gunakan yaitu Tali rafia, Benih mentimun, Alang-alang,
Galah/Ajir, Air dan Pupuk kandang.
C.
Prosedur
Kerja
1.
Penyiapan
Lahan Dan Pengolahan Tanah
Tanah
di olah atau di babat rumputnya terlebih dahulu setelah itu di gemburkan dengan
menggunakan traktor dan kemudian masuk pada tahap pembuatan bedengan dengan
cara pencangkulan di mana akan mempengaruhi sifat fisik tanah dan berfungsi
memperbaiki ruang pori-pori tanah yang terbentuk di antara partikel-partikel
tanah (tekstur dan struktur). Rongga tanah yang di sebabkan dari pencangkulan
tersebut akan memudahkan air dan udara bersirkulasi di dalamnya . selain itu
pori tersebut akan mempermudah akar tanaman dalam penyerapan unsure hara yang
memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik. Bedengan yang di buat berukuran 4 m x
5 m dengan jarak antar bedengan 50 cm.
2.
Penanaman
Proses
penanaman dilakukan dengan system tabela (tanam benih langsung) yang dibuat dengan cara penugalan sedalam 5
cm. jumlah benih setiap lubang yaitu 3 butir dan selanjutnya lubang di tutup
kembali dengan tanah. Jarak antara lubang yaitu 40 cm x 40 cm.
3.
Pemeliharaan
a.
Penyiraman
Penyiraman
di lakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari, yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dalam proses pertumbuhan dan produksi.
b.
Penyulaman
Penyulaman
adalah mengganti tanaman yang tidak tumbuh dengan tanaman baru. Cara menyulam
adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang
baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar
matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Biji mentimun
untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
c.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma. Bertujuan
untuk menguragi persaingan mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari antara
tanaman dengan rumpu liar (gulma).
d.
Penjarangan
Penjarangan adalah perbaikan jarak tanam
yaitu tanaman yang terlalu rapat di pindahhkan agar tidak terjadi persiangan
antara atanaman budidaya.
e.
Pengedalian
Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman mentimun antara lain : oteng - oteng (Epilachna sp.), Ulat, trips dan aphids. Apabila terdapat serangan semprot tanaman
dengan insektisida. Pada musim hujan sering terjadi serangan kresek (Downy
Mildew), antraknosa dan batang berlendir (Gummy Stem Blight). Pada musim
kemarau sering terdapat serangan virus ZYMV. Pengendalian aphids bisa
mengurangi penyebaran virus.
Hama dan penyakit pada timun
sebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan hama dan penyakit segera
dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara pemberantasannya antara
lain dengan cara mekanis (eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia
(penyemprotan pestisida). Perlakuan terbaik adalah dengan jalan pencegahan
(preventif).
D.
Variable
Pengamatan
1.
Tinggi tanaman di amati pada umur 14 HST,
21 HST dan 28 HST (hari setelah tanam).
2.
Jumlah daun di hitung pada umur 14 HST,
21 HST dan 28 HST (hari setelah tanam).
3. Luas
daun yaitu di ukur panjang daun (P) x lebar daun (L) x konstanta (K) di ukur pada
umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST (hari setelah
tanam).
4. Jumlah
buah di hitung pada saat panen di lakukan.
V.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
Tabel 1 Variabel
Pengamatan Tanaman Mentimun Umur 14 HST.
PERLAKUAN
|
TINGGI
TANAMAN (cm)
|
JUMLAH
DAUN (cm)
|
LUAS
DAUN (cm)
|
Mo
|
9,5
|
3
|
21,70
|
M1
|
9
|
2,6
|
15,27
|
M2
|
11,3
|
2,3
|
19,22
|
Ket :
Mo = Tanpa Mulsa
M1 = Mulsa Satu Lapis
M2 = Mulsa Dua Lapis
Tabel
2 Variabel Pengamatan Tanaman Mentimun Umur 21 HST.
PERLAKUAN
|
TINGGI
TANAMAN (cm)
|
JUMLAH
DAUN (cm)
|
LUAS
DAUN (cm)
|
Mo
|
34,6
|
6
|
80,17
|
M1
|
39,3
|
6,3
|
87,68
|
M2
|
37,3
|
6
|
82,41
|
Ket :
Mo = Tanpa Mulsa
M1 = Mulsa Satu Lapis
M2 = Mulsa Dua Lapis
Tabel 3 Variabel Pengamatan Tanaman
Mentimun Umur 28 HST.
PERLAKUAN
|
TINGGI
TANAMAN (cm)
|
JUMLAH
DAUN (cm)
|
LUAS
DAUN (cm)
|
Mo
|
121
|
14
|
170,24
|
M1
|
129,6
|
15
|
146,34
|
M2
|
107,3
|
13,3
|
173,04
|
Ket :
Mo = Tanpa Mulsa
M1 = Mulsa Satu Lapis
M2 = Mulsa Dua Lapis
Tabel 4 Pengamatan Jumlah Produksi
Tanaman Mentimun Umur 28 HST.
PERLAKUAN
|
TANAMAN
|
JUMLAH
|
RATA-RATA
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
Mo
|
4
|
5
|
4
|
13
|
4,3
|
M1
|
3
|
3
|
5
|
11
|
3,6
|
M2
|
3
|
5
|
4
|
12
|
4
|
Ket :
Mo = Tanpa Mulsa
M1 = Mulsa Satu Lapis
M2 = Mulsa Dua Lapis
B.
Pembahasan
Berdasarkan
tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang di ukur antar
lain yaitu Tinggi Tanaman, Jumlah Daun
dan Luas Daun. Ketiga variabel
tersebut di ukur pada tiga fase pula, yaitu pada saat tanaman berumur 14, 21
dan 28 hari setelah tanam (HST). Tinggi Tanaman yaitu ukuran batang tanaman
dari permukaan tanah sampai pucuk, dan Jumlah Daun yaitu jumlah daun yang
terbuka sempurna pada saat pengukuran di lakukan. Sedangkan Luas Daun yaitu
perhitungan dari Panjang Daun di kali dengan Lebar Daun dan di kali lagi dengan
Konstanta (0,56).
Pengukuran di lakukan di tiga tempat
berbeda pula yaitu bedengan tanpa mulsa (Mo), bedengan mulsa satu lapis (M1),
dan bedengan mulsa dua lapis (M2). Pertumbuhan mentimun berdasarkan tabel hasil
pengamatan sangat bervariasi dan tidak tergantung dari perlakuan yang di
berikan yaitu pemberian mulsa. Seperti pada tabel 1 pada saat tanaman masih
berumur 14 hari setelah tanam (HST) pada variable tinggi tanaman, bedengan
tanpa pemberian mulsa (Mo) mengungguli bedengan dengan mulsa satu lapis (M1)
dengan angka 9,5 berbanding 9. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman
tidak bergantung pada mulsa yang di aplikasikan, begitupun papa variable jumlah
daun dan luas daun bedengan tanpa pelakuan mulsa (Mo) lebih tinggi dari
pelakuan mulsa satu lapis (M1) dan mulsa dua lapis (M2).
Hal tersebut dapat di sebabkan ole
factor-faktor lain selain aplikasi mulsa seperti cara budidaya yang kurang
sesuai misalnya pada bedengan tanpa mulsa (Mo) di tugal tidak terlalu dalam dan
tanaman dapat tumbuh dengan cepat, sedangkan pada bedengan mulsa satu lapis
(M1) dan mulsa dua lapis (M2) di tugal sedikit agak dalam sehingga tanaman
tumbuh dalam waktu yang agak lama. Selain teknik budidaya factor lain yang
dapat mempengaruhi seperti pemberian pupuk organic/kandang tidak rata sehingga
kandungan hara tanah tidak seragam.
Namun pada usia tanaman 21 dan 28
hari setelah tanam (HST) bedengan dengan perlakuan mulsa baik satu lapis maupun
dua lapis lebih unggul dari tanpa mulsa hal ini mungkin di sebabkan kandungan
air yang terdapat dalam tanah pada bedengan M1 dan M2 cukup banyak sehingga
tanaman memiliki ketersediaan air yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi.
Variabel lain yang di ukur yaitu
jumlah daun. Pada tabel hasil pengamatan dapat di lihat bahwa perbedaan jumlah
daun masing-masing tanaman pada masing-masing bedengan memiliki perbandingan
hamper sama dengan tinggi tanaman, karena jumlah daun tergantung pada tinggi
tanaman. Semakin tinggi tanaman itu maka jumlah daunnya semakin banyak.
Variabel selanjutnya yang di amati
adalah luas daun. Dapat di liat dalam tabel bahwa luas daun cukup bervariasi
antara tanaman dan antara bedengan, ada yang berukuran cukup luas yaitu 173,04
cm dan ada pula yang berukuran kurang dari itu yaitu 146,34 cm di ukur pada
saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam (HST). Hal ini mungkin saja di sebabkan
karena terhambatnya pertumbuhan ataupun juga karena serangan hama yang merusak
bagian daun tanaman tersebut sehingga ukuran daun cukup bervariasi.
Dari tiga variabel yang di amati
yaitu Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Luas Daun pada umur tanaman 14, 21 dan 28
hari setelah tanam (HST) aplikasi mulsa tidak memberikan pengaruh yang
signifikan. Dari hasil pengukuran yang terdapat dalam tabelfaktor yang mungkin
saja mempengaruhi ialah factor tanah, kandungan unsur hara tanah, dan serangan
hama/penyakit.
Sedangkan pada tabel produksi pada
umur tanaman 28 hari setelah tanam (HST) tanaman sudah menghasilkan buah atau
sudah berproduksi. Berdasarkan tabel hasil jumlah buah tidak tergantung pada
perlakuan yang di berikan yaitu bedengan yang tanpa aplikasi mulsa (Mo) lebih
banyak menghasilkan buah ketimbang bedengan yang mendapat perlakuan mulsa (M1
dan M2). Hal ini dapat di sebabkan dari pertumbuhan tanaman, semakin subur
tanaman tersebut maka peluang produksi semakin baik.
VI.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Setelah
melakukan praktikum ini dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan dan produksi suatu
tanaman sangatlah di pengaruhi oleh dua aspek yaitu sistem budidaya dan iklim.
Untuk itu jika ingin melakukan budidaya dengan harapan peningkatan produksi
maka haruslah di perhatikan dua aspek tersebut.
B.
Saran
Saran
yang bisa di berikan dari praktukum ini adalah jika budidaya tanaman di lakukan
pada musim kering maka aplikasi mulsa sangatlah di sarankan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar