Senin, 16 Maret 2015

laporan teknologi produksi tanaman (mentimun)


I.                   PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Mentimun (cucumis sativus L) merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar atau memanjat dengan perantaraan alat pemegang berbentuk pilin atau spiral. Bagian yang di makan dari sayuran ini adalah buahnya. Biasanya buah mntimun di makan mneta sebagai lalap dalam hidangan makanan dan juga di sajikan dalam bentuk buah segar.
Mentimun memiliki berbagai nama daerah seperti timun (Jawa), bonteng (Jawa Barat), temon atau antemon (Madura), ktimun atau antimun (Bali), hantimun (Lampung) dan timon (Aceh). Nilai gizi mentimun cukup baik karena sayuran buah ini merupakaan sumber mineral dan vitamin. Kandungan nutrisi per 100 g mentimun terdiri dari 15 kalori. 0,8 g protein, 0,1 g pati, 3 g karbohidrat, 30 mg fosfor, 0,5 mg besi, 0,02 thianine, 0,01 riboflavin, 14 mg asam, 0,45 vitamin A, 0,3 vitamin B1, dan 0,2 vitamin B2.
Kebutuhan  akan produksi hortikultura khususnya tanaman mentimun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor dewasa ini cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Meningkatnya kebutuhan akan sayuran dunia khususnya Indonesia sejalan dengan perumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pertumbuhan gizi dalam menunjang kehidupan.
Secara umum, budidaya mentimun yang dilakukan oleh petani menggunakan biji, karena tanaman ini tidak dapat dilakukan dengan cara stek, dan tanaman ini di budidayakan pada awal atau akhir musim hujan agar dapat memenuhi kebutuhan air yang di perlukan tanaman. Namun dapat juga di budidayakan pada musim kemarau dengan menggunakan perlakuan mulsa.
Mulsa adalah sisa tanaman, lembaran plastik, atau susunan batu yang di sebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah dari terpaan hujan, erosi dan menjaga kelembaban struktur, kesuburan tanah serta menghambat perumbuhan gulama (rumput liar).
Mulsa organik yaitu mulsa yang terdiri dari bahan organik sisa tanaman (jerami padi, batang jagung), pangkasan dari tanaman pagar, daun-daun dan ranting tanaman. Bahan tersebut di sebarkan secara merata di atas permukaan tanah setebal 2-5 cm sehingga permukaan tanah tertutup sempurna. Mulsa sisa tanaman dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan cadangan air tanah. Mulsa juga menghalangi pertumbuhan gulma, dan menyangga (buffer) suhu tanah agar tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Selain itu, sisa tanaman dapat menarik binatang tanah (seperti cacing), karena kelembaban tanah yang tinggi dan tersedianya bahan organik sebagai makanan cacing.
Pada sistem agribisnis yang intensif, dengan jenis tanaman bernilai ekonomis tinggi, sering di gunakan mulsa plastik untuk mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan hama dan penyakit serta gulma. Lembaran plastic di bentangkan di atas permukaan tanah untuk melindungi tanaman. Sedangkan di pegunungan batu-batu cukup banyak tersedia sehingga bias di pakai sebagai mulsa untuk tanaman pohon-pohonan. Permukaan tanah di tutup dengan batu yang di susun rapat sehingga tidak terliat lagi. Ukuran batu-batu berkisar antara 2-10 cm. Tebalnya lapisan mulsa tidak tertentu yang jelas permukaan tanah harus di tutupi.
   
B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah laporan ini yaitu:
1.      Bagaiman pengaruh penggunaan mulsa alang-alang teradap pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman mentimun pada musim kemarau?
C.      Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan mulsa alang-alang terhadap pertumbuhan dan peningkatan produksi tanaman mentimun pada musim kemarau.
D.      Kegunaan Praktikum
Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui pengaruh aplikasi mulsa alang-alang terhadap pertumbuhan dan peningkatan produksi anaman mentimun pada musim kemarau.






II.                TINJAUAN PUSTAKA
A.      Botani Tanaman Mentimun
1.        Akar
Menurut Rukmana (1994), perakaran mentimun memiliki akar tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembus akar relative dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air.
2.        Batang
Batang tanaman mentimun berbulu kasar, basah dan mempunyai panjang 0,5 – 2,5 meter. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar disisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentu galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam waktu 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah / ajir. (Sunarjono, 2007).
3.        Daun
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, serta berbulu tetapi tidak  tajam. Daun berbentuk bulat lebar dengan bagian ujung yang meruncing berbentuk jantung, kedudukan daun pada batang beselang seling antra satu daun dengan daun di atasnya. (Sumpena, 2001).



4.        Bunga
Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini berrumah satu artinya bunga jantan dan bunga bretina terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang membengkak, sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga. (Sunarjono, 2007).
5.        Buah
Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau keputihan dan putih, tergantung kualtivar yang di usahakan. Sementara buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna coklat, coklat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah mentimun antara 12 – 25 cm atau tergantung kultivar yang di usahakan. (Sumpena, 2001).
B.       Karakteristik dan Syarat Tumbuh
1.        Karakteristik
Timun memiliki klasifikasi :
Kingdom         :           Plantae
Diviso              :           Spermatophyta
Sub Divisio     :           Angiospermae
Clas                 :           Dicotiledonae
Ordo                :           Cucurbitales
Family             :           Cucurbitaceae
Genus              :           Cucumis
Species            :           Cucumis sativus. L. (Sumpena, 2001).

2.        Syarat Tumbuh
Tanaman mentimun memiliki syarat tumbuh antara lain: Ketinggian tempat berada pada kisaran 1 m – 1.000 m di atas permukaan laut, Curah hujan tahunan  800 mm – 1.000 mm / tahun, Bulan basah (di atas 100 mm / bulan) : 5 – 7 bulan, Bulan kering (di bawah 600 mm / bulan) : 4 – 6 bulan, Suhu udara  170°C - 230°C, Kelembaban udara sedang, Penyinaran matahari  sedang – tinggi, Tanah bertekstur  lempung, memiliki Drainase  baik, Kedalaman air tanah  50 cm – 200 cm dari permukaan tanah, Kedalaman perakaran  di atas 15 cm dari permukaan tanah, Kemasaman (pH)  5,5 – 6,8, Kesuburan tanah tinggi. (Sunarjono, 2007).
C.      Manfaat Mulsa
Manfaat pemberian mulsa bagi tanaman yaitu : Mengurangi penyiraman karena penguapan air dari tanah menjadi berkurang, menjaga suhu tanah lebih stabil. Suhu di sekitar perakaran tetap sejuk sehingga akar bisa bekerja lebih optimal, untuk mengendalikan gulma gulma, mengurangi erosi air atau angin, menamba keindahan lahan pertanian, sebaagai sumber hara, melindungi permukaan tanah dari pukulan langsung butir-butir air hujan serta mengurangi aliran permukaan, erosi dan keilangan tanah,m enekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma) sehingga mengurangi (biaya tenaga kerja untuk penyiangan), mulsa yang berupa sisa-sisa tanaman menjadi sumber bahan organik, meningkatkan aktifitas jasad renik (mikroorganisme tanah), sehingga memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah,m embantu menjaga suhu tanah serta mengurangi penguapan sehingga mempertahankan kelembaban tanah sehingga pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien, dan tergolong tekhnik konservasi tanah yang memerlukan jumlah tenaga kerja / biaya rendah. (Reijntjes, 1999).
D.      Manfaat Pupuk Organik Bagi Tanaman
Manfaat pupuk organik bagi tanaman yaitu : Meningkatkan kesuburan tanah, mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan unsur hara di dalam tanah, memperbaiki struktur tanah begitu juga dengan karakteristiknya, akhirnya tanah menjadi mudah di olah, gembur, ringan dan mudah untuk di olah jika tanah gembur maka akar mudah menembus tanah, tanah-tanah berat menjadi mudah untuk di olah, aktivitas mikroba tanah meningkat, pupuk organik mengandung mikroba yang akan menguraikan bahan-bahan organik maupun onorganik,  kapasitas penyerapan air oleh tanah juga meningkat sehingga tanah itu dapat mengikat air lebih lama sehingga air yang di butuhkan oleh tanaman selalu tersedia, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap perubahan sifat tanah, perubahan iklim dan serangan hama penyakit, aktivitas mikroba dalam tanahpun akan meningkat, dan meningkatkan kapasitas pertukaran kation sehingga pada saat tanaman di beri pupuk dalam dosis tinggi, unsur hara yang di butuhkan oleh tanaman tidak mudah tercuci. (Sutedjo, 1997).



E.       Manfaat Pupuk Anorganik Bagi tanaman.
1.        Urea
Pupuk urea diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akar unsur hara nitrogen (N). Adapun manfaat dari unsur N yaitu : menjadikan bagian daun menjadi hijau segar sehingga banyak mengandung butir hijau daun yang diperlukan dalam proses fotosintesa. Mempercepat pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi, jumlah anakan, tunas dan lain-lain) sehingga memperbanyak produksi serta menambah kandungan protein dari hasil tanaman. (Sutedjo, 1997).
2.        ZA
Pupuk ZA diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara nitrogen (N) dan belerang (S). Adapun manfaat dari unsur hara belerang (S) adalah membantu pembentukan butir hijau sehingga daun lebih hijau. Menambah kandungan protein dan vitamin tanaman. Berperan dalam sintesa minyak yang berguna pada proses pembuatan gula. Memacu pertumbuhan anakan produktif, pemberian belerang mempunyai pengaruh yang positif terhadap hasil produksi. (Sutedjo, 1997).
3.        SP-36
Pupuk SP-36 diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan akan unsur hara fosfat (P). Adapun manfaat dari unsur hara fosfat adalah memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat dan kuat. Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama dan penyakit. Mempercepat pertumbuhan jaringan tanaman yang membentuk titik tumbuh tanaman. Memacu pertumbuhan generatif tanaman yaitu mempercepat pembentukan bunga dan masaknya buah atau biji sehingga mempercepat masa panen. Memperbesar persentase pembentukan bunga dan menjadi buah serta biji. (Sutedjo, 1997).
4.        KCL
Pupuk KCL diperlukan tanaman untuk memenuhi kebutuhan unsur hara kalium (K). Adapun manfaat unsur hara kalium (K) adalah memperlancar proses fotosintesa. Memacu pertumbuhan tanaman pada tingkat permulaan memperkuat ketegaran batang sehingga mengurangi resiko  mudah rebah, mengurangi kecepatan pembusukan hasil selama pengangkutan dan penyimpanan. Menambah daya tahan tanaman terhadap serangan hama, penyakit dan kekeringan. Memperbaiki mutu hasil yang berupa bunga dan buah (rasa dan warna). (Sutedjo, 1997).







III.             Rounded Rectangle: BUDIDAYA MENTIMUNKERANGKA PIKIR


















Rounded Rectangle: PEMUPUKAN
Rounded Rectangle: PEMULSAAN
Rounded Rectangle: PENGENDALIAN OPT

 











Penggunaan media tanam yang bagus akan memicu pertumbuhan tanaman yang produktif. Kebanyakan dari masyarakat petani sering mengeluh dengan pertumbuhan gulma yang begitu pesat pada lahan budidaya sehingga tanaman budidaya tidak tumbuh produktif  karena kalah saing dengan gulma baik dari unsur hara, cahaya matahari dan air. Sehingga untuk mencegah pertumbuhan gulma itu sendiri perlu dilakukan pengendalian gulma yaitu salah satunya adalah dengan pemberian mulsa organik pada lahan budidaya.
Penggunaan mulsa  organik adalah teknik konservasi tanah yang tergolong dalam cara vegetatif. Pada teknik ini permukaan tanah di antara barisan tanaman atau di sekitar batang pohon ditutup dengan bahan-bahan berupa sisa tanaman setelah panen, pangkasan tanaman pagar atau larikan pada budidaya lorong.
Dari aspek pengendalian erosi, peran langsung bahan mulsa adalah melindungi permukaan tanah dari pukulan butir-butir hujan, mempertahankan kelembaban tanah, mencegah tumbuhnya tanaman pengganggu, sedangkan perannya yang tidak langsung adalah memperbaiki struktur tanah. Penggunaan mulsa umumnya dilakukan di daerah-daerah yang sering mengalami kekeringan dan rentan terhadap pertumbuhan gulma. Pilihan  bahan-bahan untuk mulsa tergantung pada bahan-bahan yang tersedia setempat.
Praktikum teknologi produksi tanaman tentang pembudidayaan tanaman mentimun di lakukan tiga macam perlakuan pada masing-masing bedengan yaitu bedengan pertama tanpa pemberian mulsa , bedengan kedua di beri perlakuan mulsa satu lapis dan bedengan ketiga di beri perlakuan mulsa dua lapis. Hal ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mulsa alang-alang satu lapis, pemberian mulsa alang-alang dua lapis dan tanpa pemberian mulsa terhadap pertumbuhan terhadap pertumbuhan tanaman mentimun dan peningkatan produksi.






IV.             METODE PRAKTIKUM
A.      Tempat dan Waktu
Praktikum ini di laksanakan di Kebun Percobaan Lahan Kering Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo pada bulan Oktober – Desember 2014.
B.       Alat dan Bahan
Alat yang di gunakan pada praktikum ini antara lain Parang, Cangkul, Sekop, Traktor, Gembor Air dan Alat Tulis.
Sedangkan bahan yang di gunakan yaitu Tali rafia, Benih mentimun, Alang-alang, Galah/Ajir, Air dan Pupuk kandang.
C.      Prosedur Kerja
1.        Penyiapan Lahan Dan Pengolahan Tanah
Tanah di olah atau di babat rumputnya terlebih dahulu setelah itu di gemburkan dengan menggunakan traktor dan kemudian masuk pada tahap pembuatan bedengan dengan cara pencangkulan di mana akan mempengaruhi sifat fisik tanah dan berfungsi memperbaiki ruang pori-pori tanah yang terbentuk di antara partikel-partikel tanah (tekstur dan struktur). Rongga tanah yang di sebabkan dari pencangkulan tersebut akan memudahkan air dan udara bersirkulasi di dalamnya . selain itu pori tersebut akan mempermudah akar tanaman dalam penyerapan unsure hara yang memungkinkan tanaman tumbuh dengan baik. Bedengan yang di buat berukuran 4 m x 5 m dengan jarak antar bedengan 50 cm.

2.        Penanaman
Proses penanaman dilakukan dengan system tabela (tanam benih langsung)  yang dibuat dengan cara penugalan sedalam 5 cm. jumlah benih setiap lubang yaitu 3 butir dan selanjutnya lubang di tutup kembali dengan tanah. Jarak antara lubang yaitu 40 cm x 40 cm.
3.        Pemeliharaan
a.      Penyiraman
Penyiraman di lakukan dua kali sehari yaitu pada pagi hari dan sore hari, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman dalam proses pertumbuhan dan produksi.
b.      Penyulaman
Penyulaman adalah mengganti tanaman yang tidak tumbuh dengan tanaman baru. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati, kemudian diganti dengan bibit yang baru. Penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, pada saat sinar matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas. Biji mentimun untuk penyulaman sebelumnya dipersiapkan atau ditanam ditempat yang teduh.
c.       Penyiangan
Penyiangan dilakukan untuk menghilangkan gulma. Bertujuan untuk menguragi persaingan mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari antara tanaman dengan rumpu liar (gulma).

d.      Penjarangan
Penjarangan adalah perbaikan jarak tanam yaitu tanaman yang terlalu rapat di pindahhkan agar tidak terjadi persiangan antara atanaman budidaya.
e.       Pengedalian Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang tanaman mentimun antara lain : oteng - oteng (Epilachna sp.), Ulat, trips dan aphids. Apabila terdapat serangan semprot tanaman dengan insektisida. Pada musim hujan sering terjadi serangan kresek (Downy Mildew), antraknosa dan batang berlendir (Gummy Stem Blight). Pada musim kemarau sering terdapat serangan virus ZYMV. Pengendalian aphids bisa mengurangi penyebaran virus.
Hama dan penyakit pada timun sebenarnya tidak terlalu banyak. Pemberantasan hama dan penyakit segera dilakukan setelah terlihat tanda-tanda serangan. Cara pemberantasannya antara lain dengan cara mekanis (eradiksi/pemotongan daun) maupun dengan cara kimia (penyemprotan pestisida). Perlakuan terbaik adalah dengan jalan pencegahan (preventif).
D.      Variable Pengamatan
1.         Tinggi tanaman di amati pada umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST (hari setelah tanam).
2.         Jumlah daun di hitung pada umur 14 HST, 21 HST dan 28 HST (hari setelah tanam).
3.      Luas daun yaitu di ukur panjang daun (P) x lebar daun (L) x konstanta (K) di ukur pada umur 14 HST,  21 HST dan 28 HST (hari setelah tanam).
4.      Jumlah buah di hitung pada saat panen di lakukan.














V.                HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil Pengamatan
       Tabel 1 Variabel Pengamatan Tanaman Mentimun Umur 14 HST.
PERLAKUAN
TINGGI TANAMAN (cm)
JUMLAH DAUN (cm)
LUAS DAUN (cm)
Mo
9,5
3
21,70
M1
9
2,6
15,27
M2
11,3
2,3
19,22
Ket :
            Mo = Tanpa Mulsa
            M1 = Mulsa Satu Lapis
            M2 = Mulsa Dua Lapis

       Tabel 2 Variabel Pengamatan Tanaman Mentimun Umur 21 HST.
PERLAKUAN
TINGGI TANAMAN (cm)
JUMLAH DAUN (cm)
LUAS DAUN (cm)
Mo
34,6
6
80,17
M1
39,3
6,3
87,68
M2
37,3
6
82,41
Ket :
            Mo = Tanpa Mulsa
            M1 = Mulsa Satu Lapis
            M2 = Mulsa Dua Lapis


Tabel 3 Variabel Pengamatan Tanaman Mentimun Umur 28 HST.
PERLAKUAN
TINGGI TANAMAN (cm)
JUMLAH DAUN (cm)
LUAS DAUN (cm)
Mo
121
14
170,24
M1
129,6
15
146,34
M2
107,3
13,3
173,04
Ket :
            Mo = Tanpa Mulsa
            M1 = Mulsa Satu Lapis
            M2 = Mulsa Dua Lapis
Tabel 4 Pengamatan Jumlah Produksi Tanaman Mentimun Umur 28 HST.
PERLAKUAN
TANAMAN
JUMLAH
RATA-RATA
I
II
III
Mo
4
5
4
13
4,3
M1
3
3
5
11
3,6
M2
3
5
4
12
4
Ket :
            Mo = Tanpa Mulsa
            M1 = Mulsa Satu Lapis
            M2 = Mulsa Dua Lapis






B.       Pembahasan
            Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat dilihat bahwa variabel-variabel yang di ukur antar lain yaitu Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Luas Daun. Ketiga variabel tersebut di ukur pada tiga fase pula, yaitu pada saat tanaman berumur 14, 21 dan 28 hari setelah tanam (HST). Tinggi Tanaman yaitu ukuran batang tanaman dari permukaan tanah sampai pucuk, dan Jumlah Daun yaitu jumlah daun yang terbuka sempurna pada saat pengukuran di lakukan. Sedangkan Luas Daun yaitu perhitungan dari Panjang Daun di kali dengan Lebar Daun dan di kali lagi dengan Konstanta (0,56).
            Pengukuran di lakukan di tiga tempat berbeda pula yaitu bedengan tanpa mulsa (Mo), bedengan mulsa satu lapis (M1), dan bedengan mulsa dua lapis (M2). Pertumbuhan mentimun berdasarkan tabel hasil pengamatan sangat bervariasi dan tidak tergantung dari perlakuan yang di berikan yaitu pemberian mulsa. Seperti pada tabel 1 pada saat tanaman masih berumur 14 hari setelah tanam (HST) pada variable tinggi tanaman, bedengan tanpa pemberian mulsa (Mo) mengungguli bedengan dengan mulsa satu lapis (M1) dengan angka 9,5 berbanding 9. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tidak bergantung pada mulsa yang di aplikasikan, begitupun papa variable jumlah daun dan luas daun bedengan tanpa pelakuan mulsa (Mo) lebih tinggi dari pelakuan mulsa satu lapis (M1) dan mulsa dua lapis (M2).
            Hal tersebut dapat di sebabkan ole factor-faktor lain selain aplikasi mulsa seperti cara budidaya yang kurang sesuai misalnya pada bedengan tanpa mulsa (Mo) di tugal tidak terlalu dalam dan tanaman dapat tumbuh dengan cepat, sedangkan pada bedengan mulsa satu lapis (M1) dan mulsa dua lapis (M2) di tugal sedikit agak dalam sehingga tanaman tumbuh dalam waktu yang agak lama. Selain teknik budidaya factor lain yang dapat mempengaruhi seperti pemberian pupuk organic/kandang tidak rata sehingga kandungan hara tanah tidak seragam.
            Namun pada usia tanaman 21 dan 28 hari setelah tanam (HST) bedengan dengan perlakuan mulsa baik satu lapis maupun dua lapis lebih unggul dari tanpa mulsa hal ini mungkin di sebabkan kandungan air yang terdapat dalam tanah pada bedengan M1 dan M2 cukup banyak sehingga tanaman memiliki ketersediaan air yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi.
            Variabel lain yang di ukur yaitu jumlah daun. Pada tabel hasil pengamatan dapat di lihat bahwa perbedaan jumlah daun masing-masing tanaman pada masing-masing bedengan memiliki perbandingan hamper sama dengan tinggi tanaman, karena jumlah daun tergantung pada tinggi tanaman. Semakin tinggi tanaman itu maka jumlah daunnya semakin banyak.
            Variabel selanjutnya yang di amati adalah luas daun. Dapat di liat dalam tabel bahwa luas daun cukup bervariasi antara tanaman dan antara bedengan, ada yang berukuran cukup luas yaitu 173,04 cm dan ada pula yang berukuran kurang dari itu yaitu 146,34 cm di ukur pada saat tanaman berumur 28 hari setelah tanam (HST). Hal ini mungkin saja di sebabkan karena terhambatnya pertumbuhan ataupun juga karena serangan hama yang merusak bagian daun tanaman tersebut sehingga ukuran daun cukup bervariasi.
            Dari tiga variabel yang di amati yaitu Tinggi Tanaman, Jumlah Daun dan Luas Daun pada umur tanaman 14, 21 dan 28 hari setelah tanam (HST) aplikasi mulsa tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Dari hasil pengukuran yang terdapat dalam tabelfaktor yang mungkin saja mempengaruhi ialah factor tanah, kandungan unsur hara tanah, dan serangan hama/penyakit.
            Sedangkan pada tabel produksi pada umur tanaman 28 hari setelah tanam (HST) tanaman sudah menghasilkan buah atau sudah berproduksi. Berdasarkan tabel hasil jumlah buah tidak tergantung pada perlakuan yang di berikan yaitu bedengan yang tanpa aplikasi mulsa (Mo) lebih banyak menghasilkan buah ketimbang bedengan yang mendapat perlakuan mulsa (M1 dan M2). Hal ini dapat di sebabkan dari pertumbuhan tanaman, semakin subur tanaman tersebut maka peluang produksi semakin baik.  
      








VI.             KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini dapat di simpulkan bahwa pertumbuhan dan produksi suatu tanaman sangatlah di pengaruhi oleh dua aspek yaitu sistem budidaya dan iklim. Untuk itu jika ingin melakukan budidaya dengan harapan peningkatan produksi maka haruslah di perhatikan dua aspek tersebut.
B.       Saran
Saran yang bisa di berikan dari praktukum ini adalah jika budidaya tanaman di lakukan pada musim kering maka aplikasi mulsa sangatlah di sarankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar